Rabu, 07 Desember 2011

Peran Sii Sulung

Diposting oleh Decy Chintya Anca di 04.31
Di suatu hari yang cerah dengan udara yang sejuk di sebuah pedesaan, seorang ibu sedang bercengkerama dengan ketujuh anaknya. Kegembiraan, kebahagiaan dan kebersamaan terbangun dalam keluarga itu, selang beberapa saat anak pertama melontarkan kalimat-kalimat bijak kepada ibunya.
                “Ibu, aku memang tidak terlalu pintar dibanding taman-tamanku di sekolah, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat BODOH untukku”.
“Ibu, aku memang tidak terlalu tampan dibanding anak dari teman-teman ibu, tapi tolong jangan sampain engkau keluarkan kalimat JELEK untukku”.
                “Ibu, aku memang tidak penurut seperti anak-anak yang lain, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat NAKAL untukku”.
                “Ibu, aku memang sering khilaf melanggar aturan agama karena ketidakberdayaanku, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat DURHAKA untukku”.
                “Ibu, sampai hari ini aku belum mampu membalas segala jasamu dan belum mampu membahagiakan sebagian keinginanmu, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat GAK TAHU DIRI untukku”.
                “Ibu, kalau sampai hari ini aku masih sering lupa mendoakanmu karena kesibukanku, tolong jangan hentikan airmata doamu untukku dan jangan pula sepatah kata laknat pun engkau keluarkan dari bibirmu”.

Ibu itu pun kemudian meneteskan airmatanya, apa arti dari airmata ibu itu?

            Alkisah, beberapa tahun kemudian, seorang pemuda terpelajar dari Surabaya sedang bepergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah setengah baya. Si pemuda menyapa, dan tak lama kemudian mereka terlarut dalam obrolan ringan.
            “Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta?” tanya si pemuda.
            “Oh.. Saya mau ke Jakarta terus ‘connecting flight’ ke Singapore untuk menengok anak saya yang kedua.” Jawab ibu itu.
            “Wouw.. Hebat sekali putra ibu.” Pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.

Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu, pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.
           
“Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi, putra yang kedua ya bu? Bagaimana dengan kakak dan adik-adiknya?”
            “Oh ya tentu.” Si ibu bercerita: “Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat bekerja di perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang sebuah bank di Purwokerto, dan yang ketujuh menjadi Dosen di sebuah perguruan tinggi terkemuka di Semarang.”

Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ketujuh.

            “Terus bagaimana dengan anak ibu yang pertama?”
Sambil menghela nafas panjang, ibu itu menjawab, “Anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.” Kata sang Ibu.

Pemuda itu segera menyahut, “Maaf ya Bu, mungkin ibu agak kecewa ya dengan anak ibu yang pertama, karena adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi seorang petani?”

Apa jawab sang ibu???
Apakah anda ingin tahu jawabannya???

Dengan tersenyum ibu itu menjawab: ”Ooo.. tidak, tidak begitu nak. Justru saya SANGAT SANGAT BANGGA dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani.”
Pemuda itu terbengong.


Sejenak kita bertanya pada diri kita sendiri, bagaimana kondisi adik-adik kita hari ini? Bagaimana pula kakak-kakak kita? Lalu bagaimana pula dengan Ibu dan Ayah kita. Apa yang telah kita berikan untuk mereka, adakah setetes air mata do’a untuk keselamatan dunia dan akhiratnya? Hari ini? Kemarin? Atau esok?
Semua orang di dunia ini penting. Buka mata kita, pikiran kita, hati kita. Intinya adalah kita tidak bisa membuat ringkasan sebelum kita membaca semua peristiwa itu sampai selesai.

Orang bijak berbicara “HAL YANG PALING PENTING DI DUNIA INI BUKAN BERTANYA TERUS SIAPA KITA ? tetapi APA KARYA YANG SUDAH KITA CIPTA DAN APA YANG TELAH KITA LAKUKAN UNTUK SAUDARA-SAUDARA KITA DAN ORANG LAIN ?



Source: http://www.facebook.com/editprofile.php?sk=relationships&success=1#!/note.php?note_id=202942199744982

0 komentar:

Posting Komentar

 

Decy Chintya Delova - Cerpen Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting